Minggu, 15 Februari 2015

coretan hari ini


TERIMAKASIH IBU

“Bu apakah masih jauh lagi perjalanan kita?” kata itu terucap dari bibir ku. “tidak jauh lagi nak, sebentar lagi kita akan sampai”jawab ibu sambil menghiburku. Ini adalah hari dimana ibu ingin mendaftarkan ku ke sekolah menengah pertama. sekolah yang aku idam – idamkan ketika aku masih duduk dibangku sekolah dasar dulu. Jarak antara rumah ku, bahkan desa dimana aku tinggal itu lumayan jauh dari sekolah yang akan aku tempati ini. Ya karna sekolah nya sudah memasuki daerah keramaian, mungkin juga bisa dikatakan dimana aku akan sekolah juga termasuk kota. Aku tidak bisa ngebayangkan bagaimana keadaan sekolah aku nantinya. Aku penasaran dengan cerita tetangga ku yang sudah bersekolah di sekoalh yang akan aku daftarkan ini, menurut tetanggaku tempat dia bersekolah sangat bagus , nyaman dan menyenangkan.
            Dari kejauhan terlihatlah sebuah gedung yang megah bercatkan hijau dan putih. Melihat gedung itu, aku yakin bahwa itu adalah sekolah yang aku tempati nantinya. Langkahku semakin cepat seolah – olah aku lupa dengan rasa lelah dan letih yang terjadi dengan ku sebelumnya. Ibu hanya tersenyum melihatku dari belakang.
            Akhirnya aku sampai juga disekolah itu. Setibanya disana aku melihat ratusan orang tua dengan anak nya yang ingin mendaftarkan anak – anak mereka disekolah ini. Awalnya aku tidak percaya diri untuk mendaftar kesekolah ini disebabkan karena penampilan ku dan ibu yang kampungan. Aku tidak percaya diri melihat mereka yang berpakaian seragam sd, memakai tas dan memakai sepatu, seddangkan aku hanya memakai baju lebaran, itupun lebara 3 tahun lalu, dan sendal jepit yang menempel dikakiku yang kotor, disebabkan debu yang menempel dikakik saat perjalanan tadi.
            Aku melihat ibu sangat bersemangat mengurus semua pendaftaran ku. Aku merasa bersalah pada ibu karna tidak percaya diri dan merasa minder dengan keadaan ku. Walaupun disana sini masih terdapat juga anak – anak yang berpakaian bebas, tapi aku berfikir apakah aku tidak akan dikucilkan nantinya jika aku sekolah disini.
            Setelah pendaftaran nya selesai, aku tidak merasakan semanga seperti aku melihat sekolah itu diawal tadi. Tapi ibu mengajak ku untuk menaiki sebuah angkutan umum, yang tak tau kemana arahnya. Awalnya aku tidak bertanya kepada ibu, lama kelamaan aku ingin tau kemana aku dibawa oleh ibu.”bu kita mau kemana, kenapa kita tidak langsung pulang?” tanya ku kepada ibu. Ibu ku yang pendiam hanya tersenyum dengan senyuman yang lebar kepadaku seraya berkata” nanti kamu akan tau”.
            Tidak lama kemudian dijarak yang berjauhan aku melihat orang yang sangat ramai, ada yang menyorak kan dagangan mereka dan ada juga yang menawaar sesuatu yang ingin dibelinya. Angkutan yang aku tompani semakin dekat ke arah sana. “ ibu apakah kita kepasar?” tanyaku dengan wajah yang sangat bahagia.” Iya nak”jawab ibuku. Tapi aku heran kenapa ibu ingin kepasar. Tumben – tumbenan ibu ingin kepasar. Sejak ayahku meninggal dua tahun yang lalu aku dan ibu tidak pernah pergi kepasar lagi. Aku masih ingat terakhir aku kepasar, yaitu menjelang lebarana 3 tahun yang lalu disaat ayah membelika baju yang aku pasang sekarang ini. Aku menjadi rindu sama ayah.
            Ibu berjalan dengan lincahnya, entah apa yang ibu cari aku tak tau. Sesampainya disuatu tokoh yang menyediakan peralatan sekolah ibu berhenti di toko itu. “Alya kamu kan mau masuk smp jadi kamu harus punya baju baru, sepatu baru dan tas baru, silahkan kamu pilih mana yang kamu suka yang ada di toko ini?”ucap ibu kepadaku. Aku sangat senang sekali hari ini. Aku memilih tas yang yang ada di toko ini, setiap aku ingin mengambil barang aku selalu minta pendapat ibu apakah barang yang aku ambil ini bagus atau tidak, tapi ibu hanya mengatakan” yang bagus menurut kamu aja, yang akan memakai juga kamu, bukan ibu”. Dengan senyum yang sangat lebar dimuka ibu.
            Sekarang aku merasa aku tidak berbeda dengan orang yang aku lihat di sekolah tadi, berpakaian rapi, memakai tas, dan juga sepatu. Ibu telah memberikan hal yang tidak pernah aku sangka, aku harus bisa membalas semua yang telah diberikan ibu. Didalam hati aku bertekat akan belajar dengan rajin dan memberikan yang terbaik untuk ibu, dan membuat ibu bangga kepadaku.
******                        *****                                      ****                                        *****
Hari ini adalah hari pertama aku merasakan massa orientasi siswa, yang sebelumnya aku tak pernah merasakan nya. kata orang MOS itu adalah hal yang menakutkan tetapi juga menyenangkan, semoga mos ku dihari pertama ini lancar.
            Paginya kami dikumpulkan dilapangan upacara dan kakak kelasku membagi kami menjadi beberapa kelompok selama kami mos. Aku masuk kedalam kelompok D. Aku dan teman – teman masuk kedalam kelas yang sudah di sediakan. Aku sangat bahagia sekali bisa sekolah di tempat yang bagus seperti ini. Tapi aku merasa diasingkan mungkin karna murid dari sd ku hanya sedikit di sini dan kami juga tidak banyak mengenal orang – orang diarah perkotaan ini. Aku merasa canggung dengan mereka yang bermain bergeng – geng, tapi aku tidak main sendirian masih ada orang yang masih mau bermain dengan ku, dan dia juga sangat akrab dengan ku. Fitri adalah teman yang aku temui di smp ini, dia sangat baik dan menghargai orang lain, walau dia orang yang mampu dan tinggal di kota dia tetap mau bermain dengan ku.
            Hari berganti minggu, minggu berganti bulan tidak sadar ternyata aku sudah satu semester di sini. Al hamdulillah di ujian semester kemarin aku berhasil menjadi juara kelas, yang membuat ibuku sangat bangga kepadaku dan teman-temanku sekakarang tidang membeda-bedakan aku dan fitri. Jadi ibu tidak sia – sia membelikan ku baju baru untuk masuk ke smp ini. Kulihat orang beramai – ramai membaca pengumuman di depam ruang guru. Tiba- tiba fitri menghampiriku” ya kamu gak mau baca pengumuman yang anak lain baca?” tanya fitria kepadaku. Aku hanya menggelengkan kepala seolah  olah aku tidak tertarik dengan pengumuman itu.
            Jam pelajaran pun selesai, aku segera pulang kerumah dengan segeranya, disebabkan karna jarak rumah ku yang jauh dari lokasi sekolah, jika aku tidak cepat pulang aku bisa – bisa sampai di rumah ketika orang sholat magrib. Jarak rumah yang aku ragukan dulu untuk pergi sekolah ke kota sekarang bukan lah halangan bagiku untuk mencapai prestasi. Setibanya di rumah aku langsung pergi ke dapur untuk mengambil nasi dan makan, tetapai aku tidak menemukan makanan. Aku merasa perutku sangat lapar, tetapi aku juga tidak menemukan ibu ku dirumah. Dengan langkah yang tergesa – gesa seseorang membuka pntu rumah ku, ketika ku lihat itu ternyata ibu yang datang aku langsung menghampiri ibu dan menanyakan dari mana ibu sbelumnya. Tetapi ibu hanya mendiam diri dan langsung ke belakang rumah kami. Ibu mencabut sebatang singkong yang ada dibelakang dirumah kami, lalu ibu membersihkan nya dan merebusnya. Aku hanya terdiam dan terpikir apakah yang harus ku lakukan untuk ibu, untuk seorang yang telah berjuang untuk menghidupkan dan membesarkan ku. Seketika itu aku langsung menghampiri  ibu dan memeluknya “ ibu maaf kan aku ya, gara – gara anak mu lapar kamu susah payah seperti ini, ibu aku berjanji aku akan menjadi anak yang sukses yang bisa kau banggakan dan kita akan hidup dengan serba kecukupan, dan bahagia ibu” ucapku sambil meneteskan air mata. “ ini hanyalah tugas seorang ibu nak, kamu tidak ada salah dalam hal ini, belajarlah dengan rajin nak, hanya kamu yang bisa mengubah hidup kita lagi nak” ibu  memeluk ku dengan eratnya.
Setelah ubi yang direbus ibu masak kami langsung memakan nya, pada awalnya ibu tidak mau memakan nya, dia hanya menyuruhku makan sampai kenyang, tapi aku mengatakan aku tidak akan makan kalau ibu tidak amakan. Akhirnya ibu mau memakannya.
***
            Ketika matahari menampakkkan sinarnya aku langsung berangkat kesekolah. Setiba disekolah teman – teman pada membicarakan masalah lomba, aku tidak tau lomba apa yang mereka maksud. “ alya kamu mau kan ikut lomba menulis ilmiah ke tingkat profinsi hadiahnya banyak lo?” tanya fitri kepadaku. Aku hanya menggelengkan kepala, karna aku sendiri tidak yakin apakah aku mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk menjadi salah seorang yang mewakili sekolah ketinggkat provinsi. “ masalah uang pendaftaran kamu gak usah khawatir sekolah yang membiayai, dan jika kamu tidak punya uang untuk berbelanja pergi lomba, kamu bisa pakai uang ku, yang penting kamu aharus ikut” ujar fitri meyakin kan ku. “ makasih ya fit, tapi aku takut kalau aku akan mengecewakan kamu, dan teman – teman yang lainnya, aku hanya siswa yang baru disini jika dibandingkan dengan kakak – kakak kelas yang sudah berpengalaman dari ku” ujarku kepada teman – teman sekelasku.” Alya  kamu pikirkan saja baik-baik karna hari ini adalah hari terakhir kamu untuk berfikir, apakah kamu mau pergi atau tidak, karna besok semua siswa yang ikut akan pergi besok pagi, semua keputusan ada ditangan kamu alya, kami tidak bisa memaksakan kehendak kamu, dan jika kamu menang uang hadiahnya bisa kamu berikan keibu kamu untuk memulai usahanya”.aku merenungkan apa yang fitri katakan dengan yakin aku menjawab ”baik aku akan ikut dan mendaftarkan diri keguru maatematika, tapi sebelumnya aku minta maaf jika nanti hasilnya mengecewakan”.” Kami tidak akan kecewwa atas apa hasilnya, justru kami bangga jika kamu mau mewakili kelas kita untuk pergi lomba”.
*****
Hari lomba  pun tiba, semua peserta telah mempersiapkan diri mereka dengan segala perlengkapan mereka, ada yang menggunakan leptop, hp, dan tablet. Sedangkan aku hanya membawa beberapa perlengkapan tulis dan beberapa buku cetak. Aku telah menyerahkan diriku sepenuhnya kepada yang kuasa atas apa yang aku dapat nantinya. Ketika lomba aku merasa gugup dan gerogi, karni ini adalah kali pertamanya aku pergi lomba di smp ini.
Saat yang ditunggu – tunggupun telah tiba yaitu hari dimana pengumuman lomba diumumkan.jantungku berdebar- debar dengan kencangnya, seolah- olah rasa mau copot. Peringkat sepuluh sampai peringkat kedua  telah diumumkan tetapi tidak ada nama ku dipanggil, aku merasa tidak mungkin aku mendapat kan peringkat pertama, aku sudah merasa kecewa karna aku pulang membawa tangan kosong dan tidak bisa dibanggakan oleh ibuku. Aku keluar dari ruangan itu, setibanya dipintu aku mendengar bahwa nama ku dipanggil karna mendapatkan peringgkaat satu, aku langsung bersujud dan berlari kepanggung dan bersujud kembali, tak sadar air mata ku menetes, aku bersukur aku bisa menjadi sang juara. Aku mengucapkan ribuan terimakasih kepada teman – teman yang telah mendukungku, dan kepada ibuku walaupun aku dia tidak ada disini, dan kepada semuanya. Dan aku akan menggunakan uang ini untuk modal ibuku berdagang, agar ibu tidak susah – susah lagi ke kebun dan kesawah.
Dari kejauhan aku melihat ibuku yang bangga kepadaku,dengan bercucuran air mata. Aku tidak percaya bahwa ibu selalu mengikutiku dan beradi di sisi ku sejauh ini. Aku langsung turun panggung dan berlari menghampiri ibuku dan memeluknya sambil mengatakan ” makasih atas atas semuanya ibu, makasih atas kasih sayang yang enkau selalu berikan ibu, hanya hadiah kecil ini yang bisa ku berikan kepadamu yang telah menjagaku dengan susah payah”. Ibu semakin memeluk ku dengan pelukan yang hangatnya.
Sekarang kehidupan ku sudah membaik. Ibu telah membuka warung didepan rumahku, dan barang dagangan nya juga diantarkan kekantin sekolahku. Sekarang aku pergi sekolah tidak jalan kaki lagi, dengan uang lomba kemaren  ibu membelikan ku sepeda baru untuk pergi kesekolah. Aku sangat senang dengan kehidupan baruku, andai ayah masih ada pasti dia sangat senang,  tapi apa boleh buat tuhan lebih menyayangi  ayahku.
The end