TERIMAKASIH
IBU
“Bu
apakah masih jauh lagi perjalanan kita?” kata itu terucap dari bibir ku. “tidak
jauh lagi nak, sebentar lagi kita akan sampai”jawab ibu sambil menghiburku. Ini
adalah hari dimana ibu ingin mendaftarkan ku ke sekolah menengah pertama.
sekolah yang aku idam – idamkan ketika aku masih duduk dibangku sekolah dasar
dulu. Jarak antara rumah ku, bahkan desa dimana aku tinggal itu lumayan jauh
dari sekolah yang akan aku tempati ini. Ya karna sekolah nya sudah memasuki
daerah keramaian, mungkin juga bisa dikatakan dimana aku akan sekolah juga
termasuk kota. Aku tidak bisa ngebayangkan bagaimana keadaan sekolah aku
nantinya. Aku penasaran dengan cerita tetangga ku yang sudah bersekolah di
sekoalh yang akan aku daftarkan ini, menurut tetanggaku tempat dia bersekolah
sangat bagus , nyaman dan menyenangkan.
Dari kejauhan terlihatlah sebuah gedung yang megah
bercatkan hijau dan putih. Melihat gedung itu, aku yakin bahwa itu adalah
sekolah yang aku tempati nantinya. Langkahku semakin cepat seolah – olah aku
lupa dengan rasa lelah dan letih yang terjadi dengan ku sebelumnya. Ibu hanya
tersenyum melihatku dari belakang.
Akhirnya aku sampai juga disekolah itu. Setibanya disana
aku melihat ratusan orang tua dengan anak nya yang ingin mendaftarkan anak – anak
mereka disekolah ini. Awalnya aku tidak percaya diri untuk mendaftar kesekolah
ini disebabkan karena penampilan ku dan ibu yang kampungan. Aku tidak percaya
diri melihat mereka yang berpakaian seragam sd, memakai tas dan memakai sepatu,
seddangkan aku hanya memakai baju lebaran, itupun lebara 3 tahun lalu, dan
sendal jepit yang menempel dikakiku yang kotor, disebabkan debu yang menempel
dikakik saat perjalanan tadi.
Aku melihat ibu sangat bersemangat mengurus semua
pendaftaran ku. Aku merasa bersalah pada ibu karna tidak percaya diri dan
merasa minder dengan keadaan ku. Walaupun disana sini masih terdapat juga anak
– anak yang berpakaian bebas, tapi aku berfikir apakah aku tidak akan
dikucilkan nantinya jika aku sekolah disini.
Setelah pendaftaran nya selesai, aku tidak merasakan
semanga seperti aku melihat sekolah itu diawal tadi. Tapi ibu mengajak ku untuk
menaiki sebuah angkutan umum, yang tak tau kemana arahnya. Awalnya aku tidak
bertanya kepada ibu, lama kelamaan aku ingin tau kemana aku dibawa oleh ibu.”bu
kita mau kemana, kenapa kita tidak langsung pulang?” tanya ku kepada ibu. Ibu
ku yang pendiam hanya tersenyum dengan senyuman yang lebar kepadaku seraya
berkata” nanti kamu akan tau”.
Tidak lama kemudian dijarak yang berjauhan aku melihat
orang yang sangat ramai, ada yang menyorak kan dagangan mereka dan ada juga
yang menawaar sesuatu yang ingin dibelinya. Angkutan yang aku tompani semakin
dekat ke arah sana. “ ibu apakah kita kepasar?” tanyaku dengan wajah yang
sangat bahagia.” Iya nak”jawab ibuku. Tapi aku heran kenapa ibu ingin kepasar.
Tumben – tumbenan ibu ingin kepasar. Sejak ayahku meninggal dua tahun yang lalu
aku dan ibu tidak pernah pergi kepasar lagi. Aku masih ingat terakhir aku
kepasar, yaitu menjelang lebarana 3 tahun yang lalu disaat ayah membelika baju
yang aku pasang sekarang ini. Aku menjadi rindu sama ayah.
Ibu berjalan dengan lincahnya, entah apa yang ibu cari
aku tak tau. Sesampainya disuatu tokoh yang menyediakan peralatan sekolah ibu
berhenti di toko itu. “Alya kamu kan mau masuk smp jadi kamu harus punya baju
baru, sepatu baru dan tas baru, silahkan kamu pilih mana yang kamu suka yang
ada di toko ini?”ucap ibu kepadaku. Aku sangat senang sekali hari ini. Aku
memilih tas yang yang ada di toko ini, setiap aku ingin mengambil barang aku
selalu minta pendapat ibu apakah barang yang aku ambil ini bagus atau tidak,
tapi ibu hanya mengatakan” yang bagus menurut kamu aja, yang akan memakai juga
kamu, bukan ibu”. Dengan senyum yang sangat lebar dimuka ibu.
Sekarang aku merasa aku tidak berbeda dengan orang yang
aku lihat di sekolah tadi, berpakaian rapi, memakai tas, dan juga sepatu. Ibu
telah memberikan hal yang tidak pernah aku sangka, aku harus bisa membalas
semua yang telah diberikan ibu. Didalam hati aku bertekat akan belajar dengan
rajin dan memberikan yang terbaik untuk ibu, dan membuat ibu bangga kepadaku.
****** ***** **** *****
Hari
ini adalah hari pertama aku merasakan massa orientasi siswa, yang sebelumnya
aku tak pernah merasakan nya. kata orang MOS itu adalah hal yang menakutkan
tetapi juga menyenangkan, semoga mos ku dihari pertama ini lancar.
Paginya kami dikumpulkan dilapangan upacara dan kakak
kelasku membagi kami menjadi beberapa kelompok selama kami mos. Aku masuk
kedalam kelompok D. Aku dan teman – teman masuk kedalam kelas yang sudah di
sediakan. Aku sangat bahagia sekali bisa sekolah di tempat yang bagus seperti
ini. Tapi aku merasa diasingkan mungkin karna murid dari sd ku hanya sedikit di
sini dan kami juga tidak banyak mengenal orang – orang diarah perkotaan ini.
Aku merasa canggung dengan mereka yang bermain bergeng – geng, tapi aku tidak
main sendirian masih ada orang yang masih mau bermain dengan ku, dan dia juga
sangat akrab dengan ku. Fitri adalah teman yang aku temui di smp ini, dia sangat
baik dan menghargai orang lain, walau dia orang yang mampu dan tinggal di kota
dia tetap mau bermain dengan ku.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan tidak sadar
ternyata aku sudah satu semester di sini. Al hamdulillah di ujian semester
kemarin aku berhasil menjadi juara kelas, yang membuat ibuku sangat bangga
kepadaku dan teman-temanku sekakarang tidang membeda-bedakan aku dan fitri.
Jadi ibu tidak sia – sia membelikan ku baju baru untuk masuk ke smp ini.
Kulihat orang beramai – ramai membaca pengumuman di depam ruang guru. Tiba-
tiba fitri menghampiriku” ya kamu gak mau baca pengumuman yang anak lain baca?”
tanya fitria kepadaku. Aku hanya menggelengkan kepala seolah olah aku tidak tertarik dengan pengumuman
itu.
Jam pelajaran pun selesai, aku segera pulang kerumah
dengan segeranya, disebabkan karna jarak rumah ku yang jauh dari lokasi
sekolah, jika aku tidak cepat pulang aku bisa – bisa sampai di rumah ketika
orang sholat magrib. Jarak rumah yang aku ragukan dulu untuk pergi sekolah ke
kota sekarang bukan lah halangan bagiku untuk mencapai prestasi. Setibanya di
rumah aku langsung pergi ke dapur untuk mengambil nasi dan makan, tetapai aku
tidak menemukan makanan. Aku merasa perutku sangat lapar, tetapi aku juga tidak
menemukan ibu ku dirumah. Dengan langkah yang tergesa – gesa seseorang membuka
pntu rumah ku, ketika ku lihat itu ternyata ibu yang datang aku langsung
menghampiri ibu dan menanyakan dari mana ibu sbelumnya. Tetapi ibu hanya
mendiam diri dan langsung ke belakang rumah kami. Ibu mencabut sebatang
singkong yang ada dibelakang dirumah kami, lalu ibu membersihkan nya dan
merebusnya. Aku hanya terdiam dan terpikir apakah yang harus ku lakukan untuk
ibu, untuk seorang yang telah berjuang untuk menghidupkan dan membesarkan ku.
Seketika itu aku langsung menghampiri
ibu dan memeluknya “ ibu maaf kan aku ya, gara – gara anak mu lapar kamu
susah payah seperti ini, ibu aku berjanji aku akan menjadi anak yang sukses
yang bisa kau banggakan dan kita akan hidup dengan serba kecukupan, dan bahagia
ibu” ucapku sambil meneteskan air mata. “ ini hanyalah tugas seorang ibu nak, kamu
tidak ada salah dalam hal ini, belajarlah dengan rajin nak, hanya kamu yang
bisa mengubah hidup kita lagi nak” ibu
memeluk ku dengan eratnya.
Setelah ubi yang
direbus ibu masak kami langsung memakan nya, pada awalnya ibu tidak mau memakan
nya, dia hanya menyuruhku makan sampai kenyang, tapi aku mengatakan aku tidak
akan makan kalau ibu tidak amakan. Akhirnya ibu mau memakannya.
***
Ketika matahari menampakkkan sinarnya aku langsung
berangkat kesekolah. Setiba disekolah teman – teman pada membicarakan masalah
lomba, aku tidak tau lomba apa yang mereka maksud. “ alya kamu mau kan ikut
lomba menulis ilmiah ke tingkat profinsi hadiahnya banyak lo?” tanya fitri
kepadaku. Aku hanya menggelengkan kepala, karna aku sendiri tidak yakin apakah
aku mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk menjadi salah seorang yang mewakili
sekolah ketinggkat provinsi. “ masalah uang pendaftaran kamu gak usah khawatir
sekolah yang membiayai, dan jika kamu tidak punya uang untuk berbelanja pergi
lomba, kamu bisa pakai uang ku, yang penting kamu aharus ikut” ujar fitri
meyakin kan ku. “ makasih ya fit, tapi aku takut kalau aku akan mengecewakan
kamu, dan teman – teman yang lainnya, aku hanya siswa yang baru disini jika
dibandingkan dengan kakak – kakak kelas yang sudah berpengalaman dari ku”
ujarku kepada teman – teman sekelasku.” Alya kamu pikirkan saja baik-baik karna hari ini
adalah hari terakhir kamu untuk berfikir, apakah kamu mau pergi atau tidak,
karna besok semua siswa yang ikut akan pergi besok pagi, semua keputusan ada
ditangan kamu alya, kami tidak bisa memaksakan kehendak kamu, dan jika kamu
menang uang hadiahnya bisa kamu berikan keibu kamu untuk memulai usahanya”.aku
merenungkan apa yang fitri katakan dengan yakin aku menjawab ”baik aku akan
ikut dan mendaftarkan diri keguru maatematika, tapi sebelumnya aku minta maaf
jika nanti hasilnya mengecewakan”.” Kami tidak akan kecewwa atas apa hasilnya,
justru kami bangga jika kamu mau mewakili kelas kita untuk pergi lomba”.
*****
Hari
lomba pun tiba, semua peserta telah
mempersiapkan diri mereka dengan segala perlengkapan mereka, ada yang
menggunakan leptop, hp, dan tablet. Sedangkan aku hanya membawa beberapa
perlengkapan tulis dan beberapa buku cetak. Aku telah menyerahkan diriku
sepenuhnya kepada yang kuasa atas apa yang aku dapat nantinya. Ketika lomba aku
merasa gugup dan gerogi, karni ini adalah kali pertamanya aku pergi lomba di
smp ini.
Saat
yang ditunggu – tunggupun telah tiba yaitu hari dimana pengumuman lomba
diumumkan.jantungku berdebar- debar dengan kencangnya, seolah- olah rasa mau
copot. Peringkat sepuluh sampai peringkat kedua
telah diumumkan tetapi tidak ada nama ku dipanggil, aku merasa tidak
mungkin aku mendapat kan peringkat pertama, aku sudah merasa kecewa karna aku
pulang membawa tangan kosong dan tidak bisa dibanggakan oleh ibuku. Aku keluar
dari ruangan itu, setibanya dipintu aku mendengar bahwa nama ku dipanggil karna
mendapatkan peringgkaat satu, aku langsung bersujud dan berlari kepanggung dan
bersujud kembali, tak sadar air mata ku menetes, aku bersukur aku bisa menjadi
sang juara. Aku mengucapkan ribuan terimakasih kepada teman – teman yang telah
mendukungku, dan kepada ibuku walaupun aku dia tidak ada disini, dan kepada
semuanya. Dan aku akan menggunakan uang ini untuk modal ibuku berdagang, agar
ibu tidak susah – susah lagi ke kebun dan kesawah.
Dari
kejauhan aku melihat ibuku yang bangga kepadaku,dengan bercucuran air mata. Aku
tidak percaya bahwa ibu selalu mengikutiku dan beradi di sisi ku sejauh ini.
Aku langsung turun panggung dan berlari menghampiri ibuku dan memeluknya sambil
mengatakan ” makasih atas atas semuanya ibu, makasih atas kasih sayang yang
enkau selalu berikan ibu, hanya hadiah kecil ini yang bisa ku berikan kepadamu
yang telah menjagaku dengan susah payah”. Ibu semakin memeluk ku dengan pelukan
yang hangatnya.
Sekarang
kehidupan ku sudah membaik. Ibu telah membuka warung didepan rumahku, dan
barang dagangan nya juga diantarkan kekantin sekolahku. Sekarang aku pergi
sekolah tidak jalan kaki lagi, dengan uang lomba kemaren ibu membelikan ku sepeda baru untuk pergi
kesekolah. Aku sangat senang dengan kehidupan baruku, andai ayah masih ada
pasti dia sangat senang, tapi apa boleh
buat tuhan lebih menyayangi ayahku.
The
end