Kerajaan Tarumanegara atau Taruma adalah sebuah
kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah pulau Jawa bagian barat yaitu di sekitar Bogor dan Bekasi, pada abad ke-4
hingga abad ke-7 m, yang merupakan salah satu kerajaan tertua di nusantara yang
diketahui. Rajanya yang terkenal bernama Purnawarman, seorang Indonesia.
Dalam catatan, kerajaan
Tarumanegara adalah kerajaan hindu beraliran wisnu. Kerajaan Tarumanegara
didirikan oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya,
Dharmayawarman (382-395).
Fa-Hsien, seorang rahib Buddha dari Cina, menyebutkan adanya kerajaan To-lo-mo. Pada
tahun 414 M, Fa-Hsien bertolak dari Sailan (atau Ceylon, sekarang Sri Lanka)
untuk balik ke Kanton, Cina. Sebelumnya ia bertahun-tahun belajar Buddha di
kerajaan-kerajaan Buddhis. Ia sering berziarah ke India. Setelah dua hari
berlayar, kapalnya diterjang topan. Ia pun terdampar dan mendarat di Ye Po
Ti, ejaan Cina bagi kata Jawadwipa, yaitu Pulau Jawa. Diduga, tanah
yang ia darati adalah Tarumanagara.Kronik lain yang menyinggung Tarumanagara
adalah berita Cina era Dinasti Tang. Sekitar tahun 528-539 dan 666-669 M,
dating seorang utusan dari To-lo-mo ke Cina. Tolomo adalah ucapan
lidah orang Cina untuk “taruma”.
Sebelum ada pengaruh India, di sekitar Tarumanagara
terdapat kerajaan Aruteun. Setelah dipengaruhi Hindu, Aruteun pun
berganti nama menjadi Tarumanagara. Oleh karena itu, Aruteun atau Ci Aruteun
(kata “ci” dalam bahasa Sunda berarti “air” atau “sungai” atau “tanah”)
dijadikan pusat pemerintahan Tarumanagara.
Pendapat ini didapat dari kronik Cina abad ke-5 M.
Menurut sumber ini, kerajaan dari Jawa yang pertama mengirim utusan ke Cina
adalah Ho-lo-tan. Kronik Li-Sung-Shu mengabarkan (430- 452 M),
utusan Ho-lo-tan dari She-po (Jawa) ini berkali-kali dating ke
Cina, menjalin persahabatan. Para ahli berpendapat bahwa nama ho-lo-tan adalah
ucapan lidah Cina untuk “Aruteun”. Nama Ho-lo-tan tidak terdengar lagi
pada abad ke-6. Sebagai gantinya muncul nama To-lo-mo (Tarumanagara)
yang utusannya sering berkunjung ke Cina. Pendapat ini bisa benar adanya,
karena adanya prasasti di tepi Sungai Ciaruteun (sekitar Bogor) yang
mengabarkan adanya Raja Tarumanagara yang memerintah pada abad ke-6
(Purnawarman).
Kerajaan-kerajaan kecil yang merupakan bawahan
Tarumangara, masing-masing mulai memisahkan diri, salah satunya Kendan.
Selanjutnya, yang berkuasa di Jawa Barat adalah Kerajaan Sunda di sebelah barat
dan Kerajaan Kendan (Galuh) di sebelah timur. Dua kerajaan ini dibatasi oleh
Sungai Citarum. Kelak, dua kerajaan ini dipersatukan oleh Sri Baduga Maharaja,
menjadi Pajajaran. Menurut keterangan Dinasti Tang, Tarumanagara masih ada
hingga abad ke-7. Setelah masa itu, tak ada lagi berita tentangnya. Sangat
mungkin, setelah abad ke-7 Tarumanagara dikuasai oleh Sriwijaya dari Sumatera.
Bukti-bukti adanya Tarumanagara adalah
ditemukannya tujuh buah prasasti, yakni Prasasti Ciaruteun, Kebon Kopi, Jambu,
Tugu, Pasir Awi dan Muara Ciaruteun, serta Lebak.
Gambar : Peta Letak Prasasti
Kerajaan Tarumanegara
KEHIDUPAN DI KERAJAAN
TARUMANEGARA
1. Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.
2. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.
3. Kehidupan Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwa raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membangun saluran air di Sungai Gomati sepanjang 6122 tombak atau sekitar 12 km. Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar bagi masyarakat, Karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir disaat musim penghujan. Selain itu juga digunakan sebagai irigasi pertanian serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di Kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar dan daerah-daerah di sekitarnya.
4. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan Tarumanegara.
RAJA-RAJA DI KERAJAAN
TARUMANEGARA
Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669 M, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa. Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.
Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan raja Purnawarman. Raja purnawarman adalah raja besar, hal ini dapat diketahui dari Prasasti Ciaruteun yang isinya, "Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu ialah kaki Yang Mulia Sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia".
Raja-raja
Tarumanegara:
- Jayasingawarman
358-382 M
- Dharmayawarman
382-395 M
- Purnawarman
395-434 M
- Wisnuwarman
434-455 M
- Indrawarman
455-515 M
- Candrawarman
515-535 M
- Suryawarman
535-561 M
- Kertawarman
561-628 M
- Sudhawarman
628-639 M
- Hariwangsawarman
639-640 M
- Nagajayawarman
640-666 M
- Linggawarman
666-669 M
PRASASTI-PRASASTI KERAJAAN TARUMANEGARA
1. Prasasti Ciaruteun
Prasasti
Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara
sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa
Sansekerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan
metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang
telapak kaki Raja Purnawarman. Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun
mempunyai 2 arti yaitu:
- Cap
telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat
ditemukannya prasasti tersebut).
- Cap
telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang (biasanya
penguasa) sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan
kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai
penguasa sekaligus pelindung rakyat.
2. Prasasti Jambu
Prasasti
Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak di
perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga
menggunakan bahwa Sansekerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar telapak
kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Purnawarman.
3. Prasasti Kebon Kopi
3. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti
Kebon Kopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor . Yang
menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang
disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu.
4. Prasasti Muara Cianten
4. Prasasti Muara Cianten
Prasasti
Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat
dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.
5. Prasasti Pasir Awi
5. Prasasti Pasir Awi
Prasasti
Pasir Awi berada di daerah 0°10’37,29” BB (dari Jakarta) dan 6°32’27,57”, tepat
berada di puncak perbukitan Pasir Awi (600 m dpl), Bojong Honje-Sukamakmur
Bogor.
6. Prasasti
Cidanghiyang
Prasasti
Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di tepi sungai Cidanghiang,
kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun
1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa
Sansekerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman.
7. Prasasti
Tugu
Prasasti
Tugu di temukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Prasasti ini
dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang melingkar dan isinya paling panjang
dibanding dengan prasasti Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal
yang dapat diketahui dari prasasti tersebut.
Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah:
- Prasasti
Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu sungai
Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan dua buah sungai tersebut
menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut
Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang
istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi.
- Prasasti
Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak lengkap dengan
angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna dan caitra yang
diduga sama dengan bulan Februari dan April.
- Prasasti
Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh Brahmana
disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja.
D.
SUMBER-SUMBER SEJARAH
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa tujuh buah prasasti batu yang ditemukan empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara. Sedangkan sumber-sumber dari luar negeri yang berasal dari berita Tiongkok antara lain:
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa tujuh buah prasasti batu yang ditemukan empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara. Sedangkan sumber-sumber dari luar negeri yang berasal dari berita Tiongkok antara lain:
- Berita
Fa-Hsien, tahun 414 M dalam bukunya yang berjudul Fa-Kao-Chi menceritakan
bahwa di Ye-po-ti hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha,
yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan sebagian masih
animisme.
- Berita
Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari
To- lo-mo yang terletak di sebelah selatan.
- Berita
Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang
utusaan dari To-lo-mo.
Berdasarkan tiga berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara fonetis penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara. Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkan prasasti-prasasti tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.