Selasa, 18 November 2014

cerpen terbaru

EMBUN PAGI INI
oleh:leni marlina

                Bintang yang indah menerangi malam, langit yang cerah membuatku enggan untuk tidak melihatnya. Semoga cuaca cerah ini berlangsung sampai pagi. Suasana seperti ini membuatku teringat akan kampung halaman ku, tempat aku di lahirkan dan dibesarkan, aku teringat dengan emak dan bapak ku. Ya beginilah hidup jadi anak  kosan, jika teringat dengan orang tua, harus dipendam aja.
                Kemarin ku jumpakan hari sabtu, sekarang sudah sampai pula malam minggu, sebentar rasanya waktu berlalu, emak dan bapak aku merindukan kalian, aku tidak sabar ingin bertemu dengan kalian. Ini adalah semester terakhir aku kuliah di Universitas Indonesia ini. Aku bertekat aku bisa lulus dari sini dengan nilai yang bagus agar emak bangga dengan ku.
 Walau malam minggu dan malam apapun sekalian aku tak pernah pergi bermain di kota ini. Aku tidak tertarik dengan kegiatan anak muda kota ini yang pergi berkeluyuran di tengah malam. Apalagi untuk malam minggu tak ada satupun anak gadis kota ini yang terlihat di rumah, semuanya sudah pergi bermain dengan pacarnya masing – masing. Termasuk riri teman satu kos ku, dia sudah pergi sejak pukul 07.30 tadi. Riri bukan hanya teman kos ku dia sudah menjadi sahabat ku, bahkan aku telah menganggapnya seperti saudara, begitu lah kedekatan ku dengan nya. Rasanya udara yang segar membuat ku terlalap di malam ini. Kututup ganden jendela kamar ku, ku jatuhkan badan ku di atas tempat tidurku.
*****
Perutku berrbunyi dan terasa agak perih, ini mungkin sakit mah ku yang kambuh lagi, ku lihat jam becker yang ada di atas meja menunjukan jam 04.30. kulihat tempat tidur riri ternyata dia telah tidur dengan nyenyak nya. Aku merasa canggung untuk menanyakan apakah dia ada mempunyai cemilan untuk dimakan, karna aku lupa berbelanja kemarin dan bahan untuk di masak juga sudah habis. Lebih baik ku tunggu saja hari mulai siang dan akan ku cari tempat untuk berbelanja. Suara azan subuh terdengar dari kejauhan. Ku tinggalkan tempat tidur ku dan langsung aku menuju kamar mandi untuk  berwudhuk dan melaksanakan sholat subuh. Butiran kata – kata ku rangkai untuk memuja sang kholik pencipta yang agung. Ku curahkan segala beban dan pikiran ku, ku ceritakan semua masalahku , kuharapkan semua nya ada jalan keluarnya.
“tari udah jam berapa hari…..?” Tanya riri dengan mata yang berat.
“udah jam 05.30 ri…” jawab ku kepada riri.
“ OMG aku belum sholat”
Riri langsung bangun dari tempat tidurnya dam langsung menuju kamar mandi dan kembali lagu kekamar dia langsung sholat dan berdoa. Begitulah teman ku yang satu ini, dia slalu pacaran, dia juga suka keluyuran tapi dia juga taat beribadah. Setelah riri selesai sholat dia langsung menengok isi kulkas, tak ada satupun yang dia temui kecuali air putih.
“tari kulkas kita udah kosong…..”
“ya aku tau..”
“pergi berbelanja kita ya?”
“lo mau pergi belanja? Serius lo……. Mau kepasar?” Tanya ku penasaran, karna biasanya riri gak punya hobi berbelanja kepasar, setiap makanan habis dia slalu member ku uanguntuk pergi kepasar, tapi untuk kali ini dia malah ngajak aku untuk pergi bersama nya…….
“ya iya lah, emang tampang gue tampang orang pecanda apa?” jawab riri.
Dibuka nya garden jendela kamar, ternyata cuaca pagi ini berembun.
“tari kita gak usah aja kepasar hari ini ya?”
“kenapa, gw laper banget,  gue pergi aja sendiri kalau lo gak mau gak apa- apa” kan udah ku kira kalau riri itu pasti malas ke pasar.
“kakau lo kepasar nanti lo sakit, cuacanya lagi gak bagus” jawab nya membela diri.
“gak apa – apa aku pake payung aja” jawab ku.
“kalau gitu aku juga ikut”
“terserah lo aja ri.”
Kuambil payung yang ada di belakang pintu dan kami pun langsung kepasar, ya embun dipagi yang sudah ku ramal kan erah malam tadi, tetapi malah berembun. Dipayung kecil inilah kami pergi ke pasar tradisional yang jarak nya lumayan jauh dari kos san kami ini. Aku melihat riri sangat bahagia bermain dengan embun embun ini. Riri seperti anak – anak yang berumuran 5 tahun yang sedang asyik bermain dengan mainan nya.
“ri lo kok main – main sih dengan embun ini nanti lo sakit, gw kak bakalan masakin lo nanti….”
“tari lo tu kayang orang tua gw aja, yang slalu ngomel – ngomel, gw t jarang ngerasain hal seperti ini, lo gak usah pake payung aja ikutin gw aja, ternyata hidup ini indah ya tari”
“ lo aneh banget ya ri, tapi gw bahagia bisa ngeliat lo tersenyum seperti ini”
“ lo nanti kalau udah pisah sama gw, lo jangan lupa hubungin gw, hubungi gw terus, dan kalau lo mau nikah jangan lupa undang gw, walaupun jauh, harus lewati selat jawa dari bandung ke padang gw akan pergi ngeliat lo dan suami lo.”
“ emang lo mau pergi ke mana ri, kita kan masih lama wisudanya’
“lo banyak Tanya tari,malas gw, ntar malah berbelit -  belit jadinya.”
“sorry riri”
“hmhmhmhmhmmmm”
Sesampainya dipasar kami langsung membeli semua barang yang diperlukan, selama aku sekosan sama riri sekali ini aku pergi kepasar dengan nya. Sangat menyenangkan sekali rasanya ke pasar dengan riri. Setiap ada aksesoris yang unik riri langsung membelinya,karna riri mempunyai hobi memakai aksesoris, dan tak terkecuali kalau ada baju yang ia suka dia langsung membelinya.
Keadaan pasar yang becek tidak menghalangi semua aktifitas kami, celana kami pun kotor berlumuran lumpur pasar. Sudah satu jam kami di pasar tetapi embun yang berselimut kabut pun belum berhenti. Setelah semua nya selesai kami memutuskan untuk kembali kekosan. disuatu tempat yang tidak jauh dari dari pasar riri memintaku untuk menungggunya sebentar di sini. Dia mengatakan ada benda yang ia lupakan. Ia kembali kepasar dan dia memintaku tidak usah ikut. Aku ikuti semua katanya.
Setelah lama menunggu, kudengarkan teriakan riri dari kejahuan di seberang jalan, embun dan kabut menyelimuti kota ini, aku tidak melihat begitu jelas wajah riri. Ia hendak menuju ke arahku dan hendak menyeberangi jalan raya yang luas ini, tetapi dari arah yang berlawanan aku melihat sebuah truk yang melaju dengan kencangnya…..
“riri ……… kamu jangan menyebrang…………………………..”
“bruggggg………”
Semua orang berlarian meliat keadaan riri, aku merasa darah ku tidak mengalir untuk saat ini, aku merasa jantung ku mau copot. Ku berlari menghampiri riri, tubuhnya berlumuran darah, boneka yang ada di tangan nya pun penuh dengan darah. Aku cemas, aku menangi dan meminta orang – orang di sekitarku agar bisa menghubungi dokter secepatnya. Aku bermohon agar riri bisa diselamatkan. Ambulanpun dating, riri lansung dibawa ke rumah sakit. Boneka ditangan riri pun jatuh, ku ambil boneka yang jatuh itu dan aku susul riri kerumah sakit. Aku tak tau apa yang harus ku lakukan, aku cemas, apakah riri masih bisa diselamatkan.
Setibanya dirumah sakit aku langsung menanyakan keadaan riri kepada dokter yang ada di ruangan nya, tetapi dokter tersebut hanya bisa terdiam. Air mata ku mulai berjatuhan membasahi pipiku. Boneka punya riripun ku pegang erat – erat. Air mata kupun tetap tidak mau berhenti. Tidak lama kemudian keluarga riri pun dating dan menangisi kepergian riri.
Riri dimakamkan dibandung, dikampung halamannya. Dihari pemakaman riri, aku ikut menyelenggarakan nya. Aku merasa bersalah, andaikan riri tidak pergi kepasar pasti riri tidak akan mengalami kecelakaan itu. Pasti kami bisa lebih lama lagi bersama. Dihari pemakaman riri cuaca tidak bagus, cuaca berembun, karna akhir – akhir ini cuaca memang tidak bersahabat. Cuaca berembun ini akan ku ingat selalu. Setelah pemakaman riri selesai, aku kembali ke tempat kosan bersama dengan orang tua riri, karna kebetulan orang tua riri ingin membereskan semua barang – barang riri yang ada di kos.
Sesampainya dikos aku membantu orang tua riri membereskan semua peralatan riri. Kuberikan boneka yang dibeli riri ketika kejadian itu kepada mamanya.” Bu ini boneka riri, boneka yang dibeli riri sebelum kecelakaan itu,bonekanya kemaren berlumuran darah, ini juga belum terlalu bersih aku cuci bu” ibu riri menangis sambil memegang boneka itu, dan dia langsung memeluk ku dengan erat. Tetapi mamanya riri tidak mengambil boneka ini, dia memberikannya kepadaku. Aku tidak kuat menahan tangisan ku,dan akhirnya kami pun menangis bersama – sama.
*******
Tak terasa waktu berlalu sekarang aku telah tamat kuliah, dan sekarang aku diterima bekerja di pertambanga minyak. Tetapi untuk saat ini aku harus kekampung member tahu emak dan bapak ku tentang kabar gembira ini, lagian emak dengan bapak juga tidak dating dihari aku wisuda. Pandangan ku tertuju ke boneka punya riri. Sebelum pulang aku harus kebandung dulu ke pemakaman riri, aku akan menceritakan semua yang aku alami ini,pasti riri akan senang mendengarkannya. Aku langsung berangkat kepemakaman riri dan tak lupa ku bawa boneka peninggalan riri. Dipemakaman aku berdoa agar riri bisa hidup tenang dialam nya, tak kusadari air mata ku telah berjatuhan.
Diperjalanan pulang kepadang aku teringat masa – masa aku bersama riri, bercanda persama, belajar bersama, dan segala sesuatu nya kami pun berbagi.


The end

Tidak ada komentar:

Posting Komentar