EMBUN PAGI INI
oleh:leni marlina
Bintang
yang indah menerangi malam, langit yang cerah membuatku enggan untuk tidak
melihatnya. Semoga cuaca cerah ini berlangsung sampai pagi. Suasana seperti ini
membuatku teringat akan kampung halaman ku, tempat aku di lahirkan dan
dibesarkan, aku teringat dengan emak dan bapak ku. Ya beginilah hidup jadi anak
kosan, jika teringat dengan orang tua,
harus dipendam aja.
Kemarin
ku jumpakan hari sabtu, sekarang sudah sampai pula malam minggu, sebentar
rasanya waktu berlalu, emak dan bapak aku merindukan kalian, aku tidak sabar
ingin bertemu dengan kalian. Ini adalah semester terakhir aku kuliah di
Universitas Indonesia ini. Aku bertekat aku bisa lulus dari sini dengan nilai
yang bagus agar emak bangga dengan ku.
Walau malam minggu dan malam apapun sekalian
aku tak pernah pergi bermain di kota ini. Aku tidak tertarik dengan kegiatan
anak muda kota ini yang pergi berkeluyuran di tengah malam. Apalagi untuk malam
minggu tak ada satupun anak gadis kota ini yang terlihat di rumah, semuanya
sudah pergi bermain dengan pacarnya masing – masing. Termasuk riri teman satu
kos ku, dia sudah pergi sejak pukul 07.30 tadi. Riri bukan hanya teman kos ku
dia sudah menjadi sahabat ku, bahkan aku telah menganggapnya seperti saudara,
begitu lah kedekatan ku dengan nya. Rasanya udara yang segar membuat ku
terlalap di malam ini. Kututup ganden jendela kamar ku, ku jatuhkan badan ku di
atas tempat tidurku.
*****
Perutku berrbunyi dan terasa agak
perih, ini mungkin sakit mah ku yang kambuh lagi, ku lihat jam becker yang ada
di atas meja menunjukan jam 04.30. kulihat tempat tidur riri ternyata dia telah
tidur dengan nyenyak nya. Aku merasa canggung untuk menanyakan apakah dia ada
mempunyai cemilan untuk dimakan, karna aku lupa berbelanja kemarin dan bahan
untuk di masak juga sudah habis. Lebih baik ku tunggu saja hari mulai siang dan
akan ku cari tempat untuk berbelanja. Suara azan subuh terdengar dari kejauhan.
Ku tinggalkan tempat tidur ku dan langsung aku menuju kamar mandi untuk berwudhuk dan melaksanakan sholat subuh.
Butiran kata – kata ku rangkai untuk memuja sang kholik pencipta yang agung. Ku
curahkan segala beban dan pikiran ku, ku ceritakan semua masalahku , kuharapkan
semua nya ada jalan keluarnya.
“tari udah jam berapa hari…..?”
Tanya riri dengan mata yang berat.
“udah jam 05.30 ri…” jawab ku
kepada riri.
“ OMG aku belum sholat”
Riri langsung bangun dari tempat
tidurnya dam langsung menuju kamar mandi dan kembali lagu kekamar dia langsung
sholat dan berdoa. Begitulah teman ku yang satu ini, dia slalu pacaran, dia
juga suka keluyuran tapi dia juga taat beribadah. Setelah riri selesai sholat
dia langsung menengok isi kulkas, tak ada satupun yang dia temui kecuali air
putih.
“tari kulkas kita udah kosong…..”
“ya aku tau..”
“pergi berbelanja kita ya?”
“lo mau pergi belanja? Serius lo…….
Mau kepasar?” Tanya ku penasaran, karna biasanya riri gak punya hobi berbelanja
kepasar, setiap makanan habis dia slalu member ku uanguntuk pergi kepasar, tapi
untuk kali ini dia malah ngajak aku untuk pergi bersama nya…….
“ya iya lah, emang tampang gue
tampang orang pecanda apa?” jawab riri.
Dibuka nya garden jendela kamar,
ternyata cuaca pagi ini berembun.
“tari kita gak usah aja kepasar
hari ini ya?”
“kenapa, gw laper banget, gue pergi aja sendiri kalau lo gak mau gak
apa- apa” kan udah ku kira kalau riri itu pasti malas ke pasar.
“kakau lo kepasar nanti lo sakit,
cuacanya lagi gak bagus” jawab nya membela diri.
“gak apa – apa aku pake payung aja”
jawab ku.
“kalau gitu aku juga ikut”
“terserah lo aja ri.”
Kuambil payung yang ada di belakang
pintu dan kami pun langsung kepasar, ya embun dipagi yang sudah ku ramal kan
erah malam tadi, tetapi malah berembun. Dipayung kecil inilah kami pergi ke
pasar tradisional yang jarak nya lumayan jauh dari kos san kami ini. Aku
melihat riri sangat bahagia bermain dengan embun embun ini. Riri seperti anak –
anak yang berumuran 5 tahun yang sedang asyik bermain dengan mainan nya.
“ri lo kok main – main sih dengan
embun ini nanti lo sakit, gw kak bakalan masakin lo nanti….”
“tari lo tu kayang orang tua gw
aja, yang slalu ngomel – ngomel, gw t jarang ngerasain hal seperti ini, lo gak
usah pake payung aja ikutin gw aja, ternyata hidup ini indah ya tari”
“ lo aneh banget ya ri, tapi gw
bahagia bisa ngeliat lo tersenyum seperti ini”
“ lo nanti kalau udah pisah sama
gw, lo jangan lupa hubungin gw, hubungi gw terus, dan kalau lo mau nikah jangan
lupa undang gw, walaupun jauh, harus lewati selat jawa dari bandung ke padang
gw akan pergi ngeliat lo dan suami lo.”
“ emang lo mau pergi ke mana ri,
kita kan masih lama wisudanya’
“lo banyak Tanya tari,malas gw,
ntar malah berbelit - belit jadinya.”
“sorry riri”
“hmhmhmhmhmmmm”
Sesampainya dipasar kami langsung
membeli semua barang yang diperlukan, selama aku sekosan sama riri sekali ini
aku pergi kepasar dengan nya. Sangat menyenangkan sekali rasanya ke pasar
dengan riri. Setiap ada aksesoris yang unik riri langsung membelinya,karna riri
mempunyai hobi memakai aksesoris, dan tak terkecuali kalau ada baju yang ia
suka dia langsung membelinya.
Keadaan pasar yang becek tidak
menghalangi semua aktifitas kami, celana kami pun kotor berlumuran lumpur
pasar. Sudah satu jam kami di pasar tetapi embun yang berselimut kabut pun
belum berhenti. Setelah semua nya selesai kami memutuskan untuk kembali
kekosan. disuatu tempat yang tidak jauh dari dari pasar riri memintaku untuk
menungggunya sebentar di sini. Dia mengatakan ada benda yang ia lupakan. Ia
kembali kepasar dan dia memintaku tidak usah ikut. Aku ikuti semua katanya.
Setelah lama menunggu,
kudengarkan teriakan riri dari kejahuan di seberang jalan, embun dan kabut
menyelimuti kota ini, aku tidak melihat begitu jelas wajah riri. Ia hendak
menuju ke arahku dan hendak menyeberangi jalan raya yang luas ini, tetapi dari
arah yang berlawanan aku melihat sebuah truk yang melaju dengan kencangnya…..
“riri ……… kamu jangan
menyebrang…………………………..”
“bruggggg………”
Semua orang berlarian meliat
keadaan riri, aku merasa darah ku tidak mengalir untuk saat ini, aku merasa
jantung ku mau copot. Ku berlari menghampiri riri, tubuhnya berlumuran darah,
boneka yang ada di tangan nya pun penuh dengan darah. Aku cemas, aku menangi
dan meminta orang – orang di sekitarku agar bisa menghubungi dokter secepatnya.
Aku bermohon agar riri bisa diselamatkan. Ambulanpun dating, riri lansung
dibawa ke rumah sakit. Boneka ditangan riri pun jatuh, ku ambil boneka yang
jatuh itu dan aku susul riri kerumah sakit. Aku tak tau apa yang harus ku
lakukan, aku cemas, apakah riri masih bisa diselamatkan.
Setibanya dirumah sakit aku
langsung menanyakan keadaan riri kepada dokter yang ada di ruangan nya, tetapi
dokter tersebut hanya bisa terdiam. Air mata ku mulai berjatuhan membasahi
pipiku. Boneka punya riripun ku pegang erat – erat. Air mata kupun tetap tidak
mau berhenti. Tidak lama kemudian keluarga riri pun dating dan menangisi
kepergian riri.
Riri dimakamkan dibandung,
dikampung halamannya. Dihari pemakaman riri, aku ikut menyelenggarakan nya. Aku
merasa bersalah, andaikan riri tidak pergi kepasar pasti riri tidak akan mengalami
kecelakaan itu. Pasti kami bisa lebih lama lagi bersama. Dihari pemakaman riri
cuaca tidak bagus, cuaca berembun, karna akhir – akhir ini cuaca memang tidak
bersahabat. Cuaca berembun ini akan ku ingat selalu. Setelah pemakaman riri
selesai, aku kembali ke tempat kosan bersama dengan orang tua riri, karna
kebetulan orang tua riri ingin membereskan semua barang – barang riri yang ada
di kos.
Sesampainya dikos aku membantu
orang tua riri membereskan semua peralatan riri. Kuberikan boneka yang dibeli riri
ketika kejadian itu kepada mamanya.” Bu ini boneka riri, boneka yang dibeli
riri sebelum kecelakaan itu,bonekanya kemaren berlumuran darah, ini juga belum
terlalu bersih aku cuci bu” ibu riri menangis sambil memegang boneka itu, dan
dia langsung memeluk ku dengan erat. Tetapi mamanya riri tidak mengambil boneka
ini, dia memberikannya kepadaku. Aku tidak kuat menahan tangisan ku,dan
akhirnya kami pun menangis bersama – sama.
*******
Tak terasa waktu berlalu sekarang
aku telah tamat kuliah, dan sekarang aku diterima bekerja di pertambanga
minyak. Tetapi untuk saat ini aku harus kekampung member tahu emak dan bapak ku
tentang kabar gembira ini, lagian emak dengan bapak juga tidak dating dihari
aku wisuda. Pandangan ku tertuju ke boneka punya riri. Sebelum pulang aku harus
kebandung dulu ke pemakaman riri, aku akan menceritakan semua yang aku alami
ini,pasti riri akan senang mendengarkannya. Aku langsung berangkat kepemakaman
riri dan tak lupa ku bawa boneka peninggalan riri. Dipemakaman aku berdoa agar
riri bisa hidup tenang dialam nya, tak kusadari air mata ku telah berjatuhan.
Diperjalanan pulang kepadang aku
teringat masa – masa aku bersama riri, bercanda persama, belajar bersama, dan
segala sesuatu nya kami pun berbagi.
The
end
Tidak ada komentar:
Posting Komentar